Wednesday, February 1, 2017

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tidak Tsiqah

Kurang lebih setahun yang lalu, seorang aktivis HTI sering mendatangi rumah saya. Setiap kali bertandang ke rumah, dia selalu membawa buletin, tabloid dan beberapa buku (Arab dan Indonesia) terbitan HTI, untuk dihadiahkan kepada saya. Tujuannya jelas, ingin meng-HTI-kan saya. Saya tidak akan menceritakan apa yang kami bincangkan, atau lebih tepatnya apa yang kami perdebatkan. Yang jelas, kali terakhir dia datang, saya menegaskan, “Mohon maaf, ideologi yang Sampean tawarkan sangat bertentangan dengan ajaran yang saya pegang teguh. Tolong jangan lagi datang ke rumah, karena saya tidak mungkin masuk HTI.”

Sejak saat itu, dia tidak lagi mengganggu saya. Saya lega. Tapi ada satu hal yang sangat mengusik pikiran saya. Ketika saya bolak-balik lembaran Tabloid Media Umat (MU) terbitan HTI yang ia hadiahkan kepada saya, saya terperanjat. Di situ tertulis nama beberapa tokoh NU yang dimasukkan sebagai dewan penasihat. Salah satunya, Wakil Ketua Umum MUI Pusat sekaligus Rois Syuriah PBNU KH Ma’ruf Amin.

Hal itu terus mengusik pikiran saya sampai beberapa bulan lamanya. Hingga akhirnya, saya berkesempatan menghadiri sebuah acara keaswajaan di Jakarta. Kebetulan Kyai Ma’ruf Amin bertindak sebagai salah seorang narasumber. Begitu dibuka forum tanya jawab, saya langsung mengajukan pertanyaan kepada beliau: “Apakah benar Kyai sekarang mendukung HTI, karena nama Kyai tercantum sebagai penasihat di Tabloid Media Umat terbitan HTI?.” Beliau jawab: “Tidak, saya tidak pernah mendukung mereka, dan saya tidak pernah merestui nama saya dimuat di tabloid mereka. Kalau nama saya ada di situ, berarti mereka telah mencatut nama saya.”

Beliau melanjutkan: “Tidak kali ini saja HTI berdusta. Saya masih ingat, beberapa waktu yang lalu beberapa aktivis HTI mendatangi para pengurus MUI. Mereka mengajak kami untuk berdemo menentang kebijakan-kebijakan Amerika Serikat dan sekutunya yang sangat merugikan kepentingan umat Islam. Mereka mewanti-wanti kami untuk tidak membawa bendera ataupun atribut ormas apapun, untuk menjaga kekompakan ukhuwwah islamiyyah. Eeee ternyata……………., pada hari yang telah ditentukan, ketika utusan dari berbagai ormas Islam yang menghadiri demo tidak membawa satupun atribut dan bendera ormas, orang-orang HTI yang berdemo justru mengkhianati kesepakatan. Mereka membawa atribut, banner dan baliho yang bertuliskan HTI dan mengibar-ngibarkan bendera HTI.”

Silahkan disimpulkan sendiri, apakah HTI masih bisa dipercaya ?
 

Load disqus comments

0 comments